Langsung ke konten utama

Selamat Jalan Mbah

Sebagian besar orang mungkin menganggap apa yang sudah dilakukan oleh Ki Surakso Hargo atau yang lebih Populer dengan nama Mbah Maridjan adalah Konyol bahkan tidak sedikit yang mencibir dan mencaci maki. Faktor klenik dan mistis sering dikaitkan dengan "kekehnya" si  Mbah melakoni kehidupannya sebagai seorang kuncen juga mengundang pro dan kontra di era modern sekarang ini.

Tapi saya mencoba melihat dari sisi yang lain tentang si Mbah yang satu ini. Mbah Maridjan ditugaskan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX untuk "menjaga" Gunung Merapi pada tahun 1982, suatu tugas yang mungkin oleh generasi kita sekarang dianggap sebagai sebuah pekerjaan yang konyol.



Bagaimana tidak menjaga salah satu gunung berapi paling aktif di dunia dengan imbalan yang sangat jauh dari UMR bahkan mungkin tidak ada imbalan (seorang abdi dalem keraton hanya digaji Rp. 9.000,-/bulan). Tapi Mbah Maridjan  menjalankan tugas yang diamanahkan kepadanya dengan penuh integritas dan bertanggung jawab, hal yang boleh dikatakan barang langka sekarang ini dimana semuanya di ukur dengan "Value" yang bakal diterima dari suatu pekerjaan.

Integritas dan tanggung jawab si Mbah teruji ketika merapi batuk-batuk pada tahun 2006, walaupun beliau meminta seluruh penduduk di desanya untuk mengikuti anjuran pemerintah untuk mengungsi, beliau sebagai sang penjaga gunung tetap tidak bergeming meninggalkan tempat tugasnya.  "Kalau saya ikut ngungsi akan ditertawakan anak ayam." Begitulah cara sederhana beliau mengungkapkan pengabdiannya.
Keberanian, Integritas dan Tanggung Jawab si Mbah inilah yang kemudian menarik sebuah Produsen Minuman Energi untuk mengontrak si Mbah sebagai Bintang Iklannya dengan nilai Milyaran.
Menjadi miloner baru tidaklah membuat si Mbah berubah gaya menjadi OKB, sebagaimana sebagian besar tipikal orang-orang sekarang yang sering memanfaatkan aji mumpung, yang mungkin sudah pindah ke kompleks real estate ketimbang tinggal di salah satu lereng gunung berapi paling aktif di dunia yang siap memuntahkan laharnya setiap saat. Tetapi tidaklah demikian dengan si Mbah, dia tetap dengan kesederhanaannya, tetap menjalankan tugasnya sebagai Penjaga Gunung dengan penuh Integritas dan tanggung jawab. Uang milyaran yang diperolehnya sebagai Bintang Iklan digunakannya untuk membangun rumah Ibadah, membangun desanya dan membantu warga sekitar yang kekurangan. Sungguh bertolak belakang dengan pemimpin dan wakil rakyat sekarang yang lebih mementingkan dirinya, kerabatnya ataupun partainya.

Letusan Merapi kemaren akhirnya menjadi pembuktian bagaimana seorang Mbah Maridjan menjaga amanah yang ditugaskan kepadanya dengan penuh Integritas dan Tanggung jawab, sampai dengan nafas terakhir tetap komit menjaga apa yang telah diamanahkan kepadanya.
Selamat jalan mbah, semoga semangat, keberanian, integritas dan tanggungjawabmu dapat menginspirasi anak negeri ini untuk menyongsong masadepan yang lebih baik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Polemik Film Impor

Sepertinya rencana untuk menyaksikan sederetan film –film box office ditahun 2011 ini hanya tinggal angan-angan. Sederetan film Hollywood yang akan release seperti : “ Fast Five ”, “ Pirates of the Caribbean: On Stranger Tides ”, “ Kung Fu Panda 2 ”,” X-Men: First Class ”, “ Transformers: Dark of the Moon ” dan “ Harry Potter and the Deathly Hallows: Part II ” terancam tidak diputar di bioskop-bioskop diseluruh Indonesia. Pemicunya adalah Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak nomor SE-3/PJ/2011 tentang Pajak Penghasilan (PPh) atas Penghasilan Berupa Royalti dan pemberlakuan PPN atas Pemasukan Film Impor yang berdampak diboikotnya Indonesia dari peredaran film-film Hollywood. Peraturan ini merupakan penafsiran baru atas undang-undang dan peraturan tentang pajak bea masuk yang lama. Dengan surat edaran ini penghasilan yang dibayarkan keluar negeri oleh importir terkait penggunaan hak cipta atas film impor dengan persyaratan tertentu, merupakan royalti yang dikenakan PPh 20 persen.

Hari ini 64 Tahun yang Lalu

Sudah 64 tahun kita mengecap kemerdekaan yang diperjuangkan dengan pengorbanan darah, jiwa dan airmata, beribu kusuma bangsa yang gugur untuk menebus sebuah kemerdekaan. Seperti kata-kata bijak yang sering di dengungkan "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para Pahlawannya". Berikut ini cuplikan peristiwa 64 tahun yang lalu.