Beberapa hari yang lalu saya ke immigration office Malaysia di Putrajaya untuk sebuah urusan, ketika sampai di pelataran kantor imigrasi Malaysia tersebut tak lama datang satu rombongan, yang dari wajah-wajahnya dapat saya lihat warga Indonesia, saya tersentak sesaat ketika melihat tangan-tangan mereka yang diborgol satu dengan yang lainnya. Wajah-wajah yang terlihat lelah, wajah-wajah yang terlihat sayu, bahkan satu diantara mereka seorang wanita yang menggendong bayi yang masih merah. Dalam hati saya berguman “oh inikah para pahlawan devisa itu” sangat menyakitkan, sangat memilukan.
Sambil berjalan menuju ke lantai 4, Ingatan saya menerawang ke belakang saya teringat dengan gerbang kedatangan luar negeri di Sukarno-Hatta sebuah spanduk besar terpampang “Selamat Datang Pahlawan Devisa” tetapi kemudian mereka dipisahkan gerbang kedatangannya dengan warga lainnya yang datang dari luar negeri “beginikah caranya memperlakukan para pahlawan”, teringat ketika di kantor KBRI mereka harus antri di sebuah lorong sempit di pojok KBRI untuk mengurus administrasi, berbeda dengan Warga Indonesia Lainnya yang berkunjung ke KBRI, “oh, beginikah cara memperlakukan pahlawan”. Mereka diperlakukan berbeda dinegerinya sendiri oleh saudara-saudaranya sendiri, mereka diperlakukan berbeda dinegara orang oleh saudara-saudaranya sendiri. Bagaimana orang dari Negara lain akan menghargai mereka, jika di Negara sendiri dan oleh saudara sendiri mereka diperlakukan berbeda.
Ketika saya kembali dan melawati lagi rombongan itu, mereka sedang berjejer,berbaris jongkok dengan di awasi sejumlah petugas berseragam, dalam hati saya berguman “Pahlawan Devisaku Orang Pinggiran” teringat dengan lagu bang iwan Orang Pinggiran.
Sambil berjalan menuju ke lantai 4, Ingatan saya menerawang ke belakang saya teringat dengan gerbang kedatangan luar negeri di Sukarno-Hatta sebuah spanduk besar terpampang “Selamat Datang Pahlawan Devisa” tetapi kemudian mereka dipisahkan gerbang kedatangannya dengan warga lainnya yang datang dari luar negeri “beginikah caranya memperlakukan para pahlawan”, teringat ketika di kantor KBRI mereka harus antri di sebuah lorong sempit di pojok KBRI untuk mengurus administrasi, berbeda dengan Warga Indonesia Lainnya yang berkunjung ke KBRI, “oh, beginikah cara memperlakukan pahlawan”. Mereka diperlakukan berbeda dinegerinya sendiri oleh saudara-saudaranya sendiri, mereka diperlakukan berbeda dinegara orang oleh saudara-saudaranya sendiri. Bagaimana orang dari Negara lain akan menghargai mereka, jika di Negara sendiri dan oleh saudara sendiri mereka diperlakukan berbeda.
Ketika saya kembali dan melawati lagi rombongan itu, mereka sedang berjejer,berbaris jongkok dengan di awasi sejumlah petugas berseragam, dalam hati saya berguman “Pahlawan Devisaku Orang Pinggiran” teringat dengan lagu bang iwan Orang Pinggiran.
Komentar