Langsung ke konten utama

Ketika "Tiruan" Menjadi Hal Yang Biasa

Kalau berbicara tentang produsen produk tiruan, semua orang pasti akan langsung teringat dengan China, begitu banyak produk "Aspal" merek terkenal yang datang dengan label "made in china", tentunya dengan harga jauh di bawah produk aslinya. Mulai dari sekedar jam tangan dengan merek-merek terkenal seperti Rolex, Tag Heur, Bulgari dan sebagainya. Piranti elektronik canggih sekelas iPhone yang sempat membuat apple cukup terpukul karena produk "Fake" dari China masuk ke pasaran selang 1-2 bulan setelah iPhone asli di luncurkan. Kemudian Produk otomotif, seperti Peugeot-citroen dan yang menghebohkan "Fake Ferrari" dari China.
"Cloaning" technology yang mereka lakukan terhadap produk-produk terkenal tersebut dan kemudian menghasilkan produk "Baru" dengan harga yang jauh lebih murah tidak sepenuhnya "negatif", karena ada sisi inovasi yang mereka lakukan untuk merubah dan menghasilkan produk baru dengan harga produksi yang jauh lebih murah dan dapat dipasarkan dengan harga yang lebih terjangkau oleh konsumen.
Akan tetapi di sisi lain "Peniruan" yang dilakukan dengan mengabaikan etika dan aturan dalam hal hak cipta, karya intelektual dan norma-norma lainnya tidaklah dapat di terima begitu saja.
"Tiruan" yang dilakukan di China boleh dikatakan sudah dalam tahap mengkhawatirkan, bagaimana tidak, untuk event sekelas Olimpiade mereka tidak malu-malu melakukan aksi "pemalsuan" pada acara ceremony pembukaan Olimpiade dengan menampilkan aksi
lipsync penyanyi cilik.
Pemalsuan itu dilakukan karena pemilik vokal aslinya seorang bocah berumur 7 tahun tidak mempunyai "panampilan yang cukup indah" untuk sebuah pertunjukan pendapat seorang Pejabat Partai Komunis yang menyaksikan persiapan latihan pembukaan acara tersebut. Aksi ini menimbulkan banyak protes di kalangan masyarakat seperti dikutip Times Online, seseorang protes dengan menyatakan, "Apa maksudnya dengan mengatakan Anda khawatir dengan kesan? Semua gadis tujuh tahun adalah malaikat cilik. Kenapa mengatakan hal seperti itu. Benar-benar menggelikan."
Sepertinya membuat "tiruan" sudah menjadi hal yang biasa di China kalaulah tidak dapat di katakan sebagai budaya, karena kabarnya persembahan kembang api di acara pembukaan tersebut juga merupakan sebuah manipulasi dan tidak semuanya asli. Sebagian dari yang ditayangkan live adalah rekayasa komputer atau terlebih dulu sudah direkam untuk konsumsi TV.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Polemik Film Impor

Sepertinya rencana untuk menyaksikan sederetan film –film box office ditahun 2011 ini hanya tinggal angan-angan. Sederetan film Hollywood yang akan release seperti : “ Fast Five ”, “ Pirates of the Caribbean: On Stranger Tides ”, “ Kung Fu Panda 2 ”,” X-Men: First Class ”, “ Transformers: Dark of the Moon ” dan “ Harry Potter and the Deathly Hallows: Part II ” terancam tidak diputar di bioskop-bioskop diseluruh Indonesia. Pemicunya adalah Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak nomor SE-3/PJ/2011 tentang Pajak Penghasilan (PPh) atas Penghasilan Berupa Royalti dan pemberlakuan PPN atas Pemasukan Film Impor yang berdampak diboikotnya Indonesia dari peredaran film-film Hollywood. Peraturan ini merupakan penafsiran baru atas undang-undang dan peraturan tentang pajak bea masuk yang lama. Dengan surat edaran ini penghasilan yang dibayarkan keluar negeri oleh importir terkait penggunaan hak cipta atas film impor dengan persyaratan tertentu, merupakan royalti yang dikenakan PPh 20 persen.

Selamat Jalan Mbah

Sebagian besar orang mungkin menganggap apa yang sudah dilakukan oleh Ki Surakso Hargo atau yang lebih Populer dengan nama Mbah Maridjan adalah Konyol bahkan tidak sedikit yang mencibir dan mencaci maki. Faktor klenik dan mistis sering dikaitkan dengan "kekehnya" si  Mbah melakoni kehidupannya sebagai seorang kuncen juga mengundang pro dan kontra di era modern sekarang ini. Tapi saya mencoba melihat dari sisi yang lain tentang si Mbah yang satu ini. Mbah Maridjan ditugaskan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX untuk "menjaga" Gunung Merapi pada tahun 1982, suatu tugas yang mungkin oleh generasi kita sekarang dianggap sebagai sebuah pekerjaan yang konyol. Bagaimana tidak menjaga salah satu gunung berapi paling aktif di dunia dengan imbalan yang sangat jauh dari UMR bahkan mungkin tidak ada imbalan (seorang abdi dalem keraton hanya digaji Rp. 9.000,-/bulan). Tapi Mbah Maridjan  menjalankan tugas yang diamanahkan kepadanya dengan penuh integritas dan bertanggung jaw

Hari ini 64 Tahun yang Lalu

Sudah 64 tahun kita mengecap kemerdekaan yang diperjuangkan dengan pengorbanan darah, jiwa dan airmata, beribu kusuma bangsa yang gugur untuk menebus sebuah kemerdekaan. Seperti kata-kata bijak yang sering di dengungkan "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para Pahlawannya". Berikut ini cuplikan peristiwa 64 tahun yang lalu.