Langsung ke konten utama

Queen of Image Processing

Siapa saja yang pernah mempelajari image processing pasti tidak asing dengan foto wanita yang satu ini. Fotonya terpampang disejumlah handbook tentang image processing dan menjadi sample image dibeberapa software tool untuk image processing.

Tapi mungkin tidak banyak mahasiswa yang pernah mempelajari Image Processing tahu siapa sebenarnya wanita yang berada di dalam foto itu, akademisikah ?, ilmuankah ? atau kerabat salah satu "founding Father" dibidang image processing ?.

Wanita itu bernama Lena Soderberg, seorang foto model majalah Playboy berkebangsaan Swedia diera tahun 70 an.

Begitu lakatnya foto itu dikalangan saintis yang mendalami image processing, bahkan ada yang membuat sebuah puisi untuknya.

O dear Lena, your beauty is so vast
It is hard sometimes to describe it fast.
I thought the entire world I would impress
If only your portrait I could compress.
Alas! First when I tried to use VQ
I found that your cheeks belong to only you.
Your silky hair contains a thousand lines
Hard to match with sums of discrete cosines.
And for your lips, sensual and tactual
Thirteen Crays found not the proper fractal.
And while these setbacks are all quite severe
I might have fixed them with hacks here or there
But when filters took sparkle from your eyes
I said, "Heck with it. I'll just digitize."


Gambar asli dari foto tersebut sebenarnya adalah gambar dengan kategori "nude", yang kemudian dicorping untuk diambil bagian kepala sampai bahu saja. Foto tersebut di scan menggunakan Muirhead wirephoto scanner pada minicomputer Hewlett Packard 2100 oleh seorang engineers dari University of Southern California pada tahun 1973. Siapakah sang engineers itu ? dialah Dr. William K. Pratt yang sekarang menjadi salah satu petinggi di Sun Microsystem dan banyak menulis buku-buku tentang image processing.

Lena Soderberg, terakhir diketahui tinggal di daerah Stockholm Swedia dan bekerja untuk pemerintah sebagai pengawas pegawai cacat untuk bagian entry data yang tentunya selalu bergelut dengan komputer dan scanner. Foto tersebut membawanya menjadi "First Lady of the Internet".

(Dari berbagai sumber)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Polemik Film Impor

Sepertinya rencana untuk menyaksikan sederetan film –film box office ditahun 2011 ini hanya tinggal angan-angan. Sederetan film Hollywood yang akan release seperti : “ Fast Five ”, “ Pirates of the Caribbean: On Stranger Tides ”, “ Kung Fu Panda 2 ”,” X-Men: First Class ”, “ Transformers: Dark of the Moon ” dan “ Harry Potter and the Deathly Hallows: Part II ” terancam tidak diputar di bioskop-bioskop diseluruh Indonesia. Pemicunya adalah Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak nomor SE-3/PJ/2011 tentang Pajak Penghasilan (PPh) atas Penghasilan Berupa Royalti dan pemberlakuan PPN atas Pemasukan Film Impor yang berdampak diboikotnya Indonesia dari peredaran film-film Hollywood. Peraturan ini merupakan penafsiran baru atas undang-undang dan peraturan tentang pajak bea masuk yang lama. Dengan surat edaran ini penghasilan yang dibayarkan keluar negeri oleh importir terkait penggunaan hak cipta atas film impor dengan persyaratan tertentu, merupakan royalti yang dikenakan PPh 20 persen.

Selamat Jalan Mbah

Sebagian besar orang mungkin menganggap apa yang sudah dilakukan oleh Ki Surakso Hargo atau yang lebih Populer dengan nama Mbah Maridjan adalah Konyol bahkan tidak sedikit yang mencibir dan mencaci maki. Faktor klenik dan mistis sering dikaitkan dengan "kekehnya" si  Mbah melakoni kehidupannya sebagai seorang kuncen juga mengundang pro dan kontra di era modern sekarang ini. Tapi saya mencoba melihat dari sisi yang lain tentang si Mbah yang satu ini. Mbah Maridjan ditugaskan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX untuk "menjaga" Gunung Merapi pada tahun 1982, suatu tugas yang mungkin oleh generasi kita sekarang dianggap sebagai sebuah pekerjaan yang konyol. Bagaimana tidak menjaga salah satu gunung berapi paling aktif di dunia dengan imbalan yang sangat jauh dari UMR bahkan mungkin tidak ada imbalan (seorang abdi dalem keraton hanya digaji Rp. 9.000,-/bulan). Tapi Mbah Maridjan  menjalankan tugas yang diamanahkan kepadanya dengan penuh integritas dan bertanggung jaw

Hari ini 64 Tahun yang Lalu

Sudah 64 tahun kita mengecap kemerdekaan yang diperjuangkan dengan pengorbanan darah, jiwa dan airmata, beribu kusuma bangsa yang gugur untuk menebus sebuah kemerdekaan. Seperti kata-kata bijak yang sering di dengungkan "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para Pahlawannya". Berikut ini cuplikan peristiwa 64 tahun yang lalu.