Langsung ke konten utama

Prestasi Para Pendayung Kampung dikancah Internasional

Beruntung sekali hari Sabtu kemaren sempat menjadi saksi sejarah, dimana tim dayung dari sebuah Kabupaten diujung Pantai Utara Kalimantan Barat mengukirkan prestasi di ajang lomba dayung Internasional. Putrajaya International Dragon Boat Festival yang diadakan di Water Sport Stadium Putrajaya Malaysia diikuti tim dayung dari berbagai negara seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Australia, United Kingdom, Jepang dan China. Indonesia sendiri diwakili oleh Tim dayung dari Padang, Palembang dan Kabupaten Sambas Kalimantan Barat.





Berbeda dengan tim-tim dari negara lainnya yang sebagian besar mengirimkan atlet-atlet dayung yang memang telah dilatih secara profesional untuk menghadapi event-event seperti ini, tim dayung dari kabupaten Sambas terdiri dari pria-pria biasa dari sebuah kampung di Sambas. Jadi tidak heran kalau penampilan mereka kelihatan sederhana sebagaimana keseharian mereka. Bagi mereka mendayung ("mengayoh"/"berkayoh" bahasa sehari-hari yang digunakan) bukanlah hal yang baru, karena itu sudah menjadi bagian bagi kehidupan sehari-hari masyarakat di Sambas jauh sebelum adanya transportasi darat. Sampan menjadi sarana transportasi sungai yang sangat penting dan masih digunakan hingga kini di daerah-daerah tertentu.




Berbekal bakat alam tersebut tim dayung kabupaten Sambas dengan penuh percaya diri tampil di ajang Putrajaya International Dragon Boat Festival yang diadakan di Water Sport Stadium Putrajaya Malaysia. Menyingkirkan semua lawan-lawannya dari manca negara, tim dayung kabupaten Sambas berhasil menempati Juara I untuk nomer 2 kilometer, Juara II untuk nomer 500 meter 21 orang dan Juara III untuk nomer 500 meter 12 orang, benar-benar sebuah prestasi yang membanggakan.




Saya sempat merinding dan terharu ketika mereka dengan penuh semangat menyanyikan lagu Indonesia Raya. Pria-pria sederhana dari sebuah kampung di Kabupaten ujung Pantai Utara Kalimantan Barat telah mengharumkan nama Indonesia diajang Internasional. Saya hanya dapat berharap dalam hati semoga prestasi yang telah mereka capai mendapatkan penghargaan yang layak dari Pemerintah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Polemik Film Impor

Sepertinya rencana untuk menyaksikan sederetan film –film box office ditahun 2011 ini hanya tinggal angan-angan. Sederetan film Hollywood yang akan release seperti : “ Fast Five ”, “ Pirates of the Caribbean: On Stranger Tides ”, “ Kung Fu Panda 2 ”,” X-Men: First Class ”, “ Transformers: Dark of the Moon ” dan “ Harry Potter and the Deathly Hallows: Part II ” terancam tidak diputar di bioskop-bioskop diseluruh Indonesia. Pemicunya adalah Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak nomor SE-3/PJ/2011 tentang Pajak Penghasilan (PPh) atas Penghasilan Berupa Royalti dan pemberlakuan PPN atas Pemasukan Film Impor yang berdampak diboikotnya Indonesia dari peredaran film-film Hollywood. Peraturan ini merupakan penafsiran baru atas undang-undang dan peraturan tentang pajak bea masuk yang lama. Dengan surat edaran ini penghasilan yang dibayarkan keluar negeri oleh importir terkait penggunaan hak cipta atas film impor dengan persyaratan tertentu, merupakan royalti yang dikenakan PPh 20 persen.

Selamat Jalan Mbah

Sebagian besar orang mungkin menganggap apa yang sudah dilakukan oleh Ki Surakso Hargo atau yang lebih Populer dengan nama Mbah Maridjan adalah Konyol bahkan tidak sedikit yang mencibir dan mencaci maki. Faktor klenik dan mistis sering dikaitkan dengan "kekehnya" si  Mbah melakoni kehidupannya sebagai seorang kuncen juga mengundang pro dan kontra di era modern sekarang ini. Tapi saya mencoba melihat dari sisi yang lain tentang si Mbah yang satu ini. Mbah Maridjan ditugaskan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX untuk "menjaga" Gunung Merapi pada tahun 1982, suatu tugas yang mungkin oleh generasi kita sekarang dianggap sebagai sebuah pekerjaan yang konyol. Bagaimana tidak menjaga salah satu gunung berapi paling aktif di dunia dengan imbalan yang sangat jauh dari UMR bahkan mungkin tidak ada imbalan (seorang abdi dalem keraton hanya digaji Rp. 9.000,-/bulan). Tapi Mbah Maridjan  menjalankan tugas yang diamanahkan kepadanya dengan penuh integritas dan bertanggung jaw

Hari ini 64 Tahun yang Lalu

Sudah 64 tahun kita mengecap kemerdekaan yang diperjuangkan dengan pengorbanan darah, jiwa dan airmata, beribu kusuma bangsa yang gugur untuk menebus sebuah kemerdekaan. Seperti kata-kata bijak yang sering di dengungkan "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para Pahlawannya". Berikut ini cuplikan peristiwa 64 tahun yang lalu.